Search

Sabtu, September 24, 2011

"GAGAL"

          sebuah judul diatas memang sangat tidak enak untuk didengar ataupun dibaca...tak satupun orang di dunia ini mau mendapatkannya. tapi bagi saya,,itu hal yang berarti...hal yang sangat saya butuhkan untuk meraih kesuksesan nantinya.. memang ada saja kesuksesan yang dapat diraih secara instan. bisa saya jamin,, kesuksesan itu sangat tak berarti.. kesuksesan itu pastilah tak terasa artinya dalam jiwa penerimanya..


       ****

 today,, 24 september 2011...
adalah hari jatuhnya kegagalan saya untuk kesekian kalinya... kegagalan yang saya tunggu-tunggu...
berikut listnya :
1. gagal dalam program beasiswa tanoto foundation
2. gagal dalam lomba desain kartu lebaran
3. gagal dalam lomba futsal OMDA
4. gagal untuk menjadi KOMTI
5. gagal dalam program beasiswa BK PEDULI
6. gagal dalam acara SMASH ( magang BEM TPB IPB )

              sekarang,,,, saya masih berusaha dalam berbagai kegiatan lainnya... dan saya tunggu kegagalan apa lagi yang akan muncul kemudian hari.. saya ingin MENGHABISKAN JATAH KEGAGALAN saya... untuk meraih KESUKSESAN kedepannya... Semoga Doa dan Dukungan Kalian dapat menjadi bahan bakar semangat saya.

~Emir Matslan Lubis~

Senin, Agustus 29, 2011

ketika rasa itu begitu BESAR

sulit mengungkapkan apa yang aku rasa saat ini.
tak ada kata2 yang tepat untuk melambangkannya.
aku sangat sayang dia. sangat cinta dia. sangat dan sangatttttttttttttttt menyayanginya..

ketika kata2 tak lagi berarti...
ketika isyarat pun tak berguna.
hanya hati ku yang bisa merasa.
begitu besar,..sangat besar rasa sayang untuk dia.

takut...begitu takut...kehilangan dia,,
ku ingin tanamkan cinta ini selamanya,,
selamanya buat dia.
hanya dia.\
dah cuma dia.
PermaisuriQuuu....ISTI RAHMADHANI GUNAWAN

Yang Terindah

hening...begitulah dulu kehidupanku.
tak ada yang mengesakan hidup yang aku jalani selama 16 tahun lebih di dunia ini.
apalagi yang namanya RASA CINTA.. itu hanya terbagi buat orang-orangyang gak jelas. haya terunkap begitu saja, tanpa prinsip. tanpa perasaan yang jujur, bahkan hanya terucap spontan.
aku sadar, itu sangat tidak baik. tidak menghargai orang yang mendapatkan kebohongan yang aku tebarkan.
namun..
kali ini berbeda.. sosok wanita ini sangat berbeda dari yang lain.
kini dia yang mengisi kekosongan dalam hati, menghibur kesunyian hati, mengubah dunia ku menjadi lebih indah.

kehadiran dirinya sangat tak terduga, ketika aku bosan terhadap semua kelakuan bodohku. ketika aku tak ingin lagi masuk ke dunia yang seperti itu lagi. entah racun apa ku telan pagi itu.. di siang harinya mata ku tak lepas dari sosok seorang wanita yang sama sekali tak ku kenal. namun indah wajahnya sangat berbeda.. hati ini berdebar.. berdegub kencang.. ingin ku memilikinya.. begitu yang ku rasa.

akhirnya, dengan penuh syukur, dengan penuh kebahagiaan, kini dia telah mengisi setiap detik hidup ku... canda tawa, tangis dan bahagia. semua pernah kami alami..
yang terpenting saat ini adalah AKU MASIH BERSAMANYA.
kata itu cukup membuat kedaan tetap tenang di hati ku.


setiap aku pergi, aku datang, aku tidur, aku bangun,, selalu harus ku pastikan AKU DAN DIA BAIK-BAIK SAJA.. karna itu yang membuat aku tenang.

dia mengubah hidupku.. mengubah pla pikir ku... mengubah kebiasaan buruk ku..
mungkin, kalau tidak ada dia waktu itu, entah jad apa aku saat ini..
dia sangat berarti... wanita yang TERINDAH. wanita yang bisa mengubah AKU.

"Sebuah ungkapan bahagia memiliki dia"
permaisuriku~~~ISTI RAHMADHANI GUNAWAN~~~

Jumat, Agustus 26, 2011

cerpen sahabat

Cerpen oleh :
DAVID PRATAMA
C1/075
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN/TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

JEMARI YANG HILANG
Siang itu, setelah bangun dari tidur yang cukup lama, aku terkejut melihat jari kelingking di tangan kananku lenyap. Lebih mengherankan lagi tidak ada bekas luka atau darah sedikitpun. Tak ada rasa nyeri. Aku perhatikan dengan seksama bagian yang dulu pernah didiami oleh jari kelingkingku itu. Aneh. Bagian itu terputus rapi seolah dipotong dengan teknik tingkat tinggi.
Rasa bingung yang menggerayangi pikiran sehatku memaksaku untuk mengunjungi sebuah Puskesmas yang ada di dekat balai desa. Aku jelaskan perihal lenyapnya jari kelingkingku pada seorang wanita paruh baya yang tampak elok dengan stelan putihnya.
“Wah… ini sangat tidak masuk akal. Mustahil!” wanita itu memegang tanganku sementara matanya menelisik bagian tangan yang kehilangan jari kelingkingnya.
“Belum pernah saya melihat kejadian seperti ini. Saya rasa tidak ada penjelasan medis untuk jari yang tiba-tiba hilang.” Ia terus menceracau. Rasa bingung yang terpancar dari sorot matanya yang dibingkai kacamata tipis itu tak kalah besar dengan rasa bingungku.
“Apa Anda yakin tidak ada suatu penyakit yang menyebabkan peristiwa ini, Dokter? Seperti sebuah virus begitu?”
“Tidak, tidak mungkin ini disebabkan oleh infeksi virus atau jamur. Jika memang karena serangan virus, pasti akan ada bekas fagosit antigen yang akan membuat tangan Anda berjejak luka. Untuk sementara saya tangguhkan dulu penjelasan mengenai peristiwa ini. Saya akan coba pelajari lagi.”
“Baiklah, Dok. Saya harap anda segera mendapatkan penjelasannya,” ujarku pasrah. Aku lantas berjalan keluar Puskesmas meninggalkan wanita itu dalam rasa bingungnya.
Tangan kananku telah aku balut dengan perban. Hal ini sengaja kuminta pada dokter tadi agar menyamarkan kejanggalan yang terjadi.
Merasa tidak mendapat apa-apa dari penjelasan dokter itu, kuputuskan untuk mengunjungi tempat dukun yang cukup dikenal di daerahku, walaupun sebenarnya aku tidak begitu percaya dengan perdukunan. Namanya Mak Karani.
Setiba di jalan berkelok yang mengarah ke sebuah bukit yang tegak di antara petakan sawah, aku berhenti sejenak. Kuputar pandangan lurus ke jalan setapak mendaki yang membentang menuju sebuah pondok kecil,tempat dukun itu tinggal. Sekeliling jalan yang dipenuhi pecahan batu gunung dan tanah liat itu tumbuh semak-semak yang cukup rimbun. Beberapa pohon bambu tinggi menjulang, sehingga hanya sedikit berkas sinar matahari yang dapat masuk menyentuh tanah. Suara gemerisik dedaunan ditingkah angin beradu padu dengan suara segerombolan monyet yang berteriak-teriak nyaring. Menimbulkan suasana mistis tersendiri.
Seketika bulu kudukku merinding. Namun, rasa penasaran yang terus menyesak membuatku memberanikan diri untuk melanjutkan perjalanan.
Kurang lebih setengah jam perjalanan kutempuh, hingga akhirnya aku sampai di depan sebuah pondok bamboo yang dicat hitam seluruhnya. Ada dua buah jendela besar, masing-masing di kiri dan kanan pondok yang menghadap ke matahari terbenam. Dari kedua jendela itu tercium bau kemenyan dan rempah-rempah yang dibakar. Sementara itu di atap pohon yang terbuat dari rumbia, seekor monyet besar duduk sambil matanya yang merah itu menusuk tepat ke dalam mataku.
Aku gelagapan. Tanpa mau mengambil resiko lebih, segera aku masuk ke dalam pondok.
“Permisi, apa ada orang?” teriakku sambil terus mengetuk-ngetuk pintu.
Tak ada sahutan sedikitpun dari dalam.
“Permisi, apa ada orang?” teriakku lagi dengan suara yang lebih keras.
Setelah panggilan kedua inilah, sebuah langkah mulai terdengar mendekat ke arah pintu. Trak!
Pintu terbuka disusul rasa dingin yang segera menyelimuti tubuhku. Di depanku berdiri seorang wanita tua dengan badan membungkuk. Ada tonjolan sebesar tinju di punggungnya. Ia memakai gamis hitam. Pada lehernya melilit sebuah benda mirip akar pohon besar.
“Masuk!” ucapnya dingin setelah melihatku sekilas.
“Ada perlu apa kau kesini?”
Aku tak langsung menjawab. Kubuka perban yang membungkus tangan kananku.
“Ini, Mak,” kujulurkan tangan kananku ke arahnya.
“Jari kelingking saya tiba-tiba saja lenyap. Saya baru mengetahuinya setelah bangun tidur.”
Ia pegang tanganku kuat dan mencelupkannya ke dalam wadah sebesar mangkuk yang sepertinya terbuat dari tanah liat yang dibakar. Beberapa helai bunga yang mengapung di air tersebut, lengket di tanganku setelah ia mengangkat tanganku kembali.
“Bagaimana, Mak?”
“Kelingkingmu dicuri Jin!”
Aku tersentak. Lebih-lebih ia mengucapkan itu diiringi dengan tatapan yang garang.
“Bbb…Bagaimana bisa?” ucapku terbata-bata.
“Kau telah dipilih. Kau orang pilihan! Kau akan jadi budak Jin!” ia memercik-mercikkan air di dalam wadah itu ke mukaku.
“Sebaiknya kau pulang. Karena kau akan segera dijemput.”
Aku bangkit dari dudukku, mengambi sandal dan berlari sekencang-kencangnya meninggalkan pondok dukun itu. Aku tak ingin mendengar lebih banyak lagi ocehannya. Semua tak masuk akal. Ada penyesalan dalam diriku telah datang ke tempat itu. Mustahil di zaman modern ini ada kepercayaan semacam itu. Cuih! Pasti ada penjelasan yang lebih logis mengenai hilangnya jari kelingkingku ini. Tapi, apa itu mungkin, pikirku kemudian. Menghilangnya jari kelingkingku secara tiba-tiba itu saja sudah tidak logis, tidak masuk akal.
Aku melangkah dengan seribu kegalauan di benakku. Tangan kananku aku benamkan dalam saku celana. Dengan begini, orang-orang tidak akan tahu kalau ada keanehan yang menimpaku, setidaknya untuk sementara ini.
Setiba di rumah, segera kuletakkan kepalaku di atas bantal dan tidur.
***
Sudah dua hari berselang, semenjak kedatanganku ke Puskesmas dan pondok dukun Karani. Sudah dua pula jariku yang lenyap. Kali ini jari manisku. Seperti halnya dengan jari kelingkingku kemarin, lenyapnya jari manisku juga tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Tak ada darah. Tak ada jejak luka. Aku semakin bingung dengan keanehan yang menimpaku ini. Namun, tidak mungkin aku datang kembali ke Puskesmas atau ke pondok dukun itu. Semua akan berakhir sia-sia.
Sebuah deringan dari ponsel yang telentang di meja kamar membuyarkan lamunanku.
“Apa kau akan datang hari ini, Doni?” ujar suara di seberang.
“Maaf aku tidak bisa. Aku sedang sakit”
“Sakit apa?”
“Badanku meriang,” ucapku berbohong.
“Ya, sudahlah kalau begitu. Akan kusampaikan ke teman-teman. Semoga kau cepat sembuh”
Telepon itu kemudian mati.
Aku semakin sadar kalau hidupku akan berubah. Aku mulai terkesan menghindari orang-orang. Sekedar menemui teman-teman saja aku tak lagi berani.
Dari jendela kamar yang telah kubuka setengahnya, tampak puncak merapi membumbung tinggi menembus gumpalan awan. Sinar keemasan matahari sore menyapu bentangan hijau di sana. Para buruh sawah terlihat pulang menyandang cangkul dan parang. Ah, sampai kapan aku akan berdiam diri di kamar? Bukankah busuknya bangkai akan ketahuan juga?
Setelah memastikan pintu rumah terkunci, aku berjalan menuju sebuah warung kecil tak jauh dari rumah. Beberapa pemuda seusiaku dan beberapa lelaki tua tengah bercakap-cakap ketika aku datang. Aku berusaha tak menghiraukan mereka, apalagi dari mereka banyak yang kurang senang denganku. Aku angkuh katanya. Aku sendiri tidak peduli, toh aku tidak terlalu kenal mereka.
“Pesan nasi dan tehnya satu, Tek,” ucapku pada pemilik warung. Kemudian aku duduk di bagian belakang, menjauh dari orang-orang itu. Terlihat pula olehku mereka berbisik-bisik sambil sesekali melirik ke arahku.
“Kenapa tanganmu itu?” salah seorang dari mereka mendekat. Ia tampak heran dengan tangan kananku.
“Ah, saya sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba jari-jari saya hilang,” jawabku jujur. Entah kenapa aku merasa bosan untuk menutup-nutupinya.
“Maksudmu hilang begitu saja?”
“Iya”
“Wah, coba saya lihat,” kuperlihatkan tangan kananku kepadanya. Beberapa orang lainnya ikut mendekat. Mereka mengerumuniku.
“Benar-benar aneh. Tak ada bekas potongan sedikitpun!” seloroh pria yang paling tua. Ia mengurut-urut janggutnya sementara kepalanya menggeleng-geleng.
“Apa kau tidak merasakan sakit?” tambah yang lain.
“Tidak.”
Terdengar lagi mereka berbisik-bisik. Beberapa menatapku dengan penuh rasa jijik, beberapa lagi mengisyaratkan rasa iba. Aku yang telah menghabiskan nasi dan menyeruput tehku hingga tandas segera beranjak.
***
Rupanya tak butuh waktu lama bagi sebuah bangkai untuk tercium orang banyak. Pagi-pagi sekali, tepat ketika aku baru menyadari jari ketiga di tangan kananku telah lenyap pula, kudapati segerombolan orang berkumpul di depan rumah. Beberapa dari mereka memegang kamera berbagai ukuran. Wartawan rupanya. Ada yang dari daerah ini sendiri, dan adapula dari kota lain, bahkan dari ibukota. Aku tahu itu setelah melihat tanda pengenal mereka. Tampak dari sana logo sebuah media cetak yang telah besar namanya.
“Saudara Doni, bisa ceritakan prihal hilangnya jari-jari Anda secara misterius itu?” tanya salah seorang dari mereka yang terlihat masih muda. Mata pemuda itu menampilkan semangat yang meletup-letup. Aku pribadi salut pada orang-orang ini, karena tanpa memperkenalkan diri mereka sudah tahu namaku.
“Silahkan kalian masuk dulu,” aku tak perlu lagi berbasa-basi, tanpa kupersilahkan duduk pun mereka sudah duduk. Sebagian mereka memutar-mutar kepala mencoba menelisik seisi rumahku. Aku tahu, mata wartawan memang selalu ingin tahu.
“Baiklah teman-teman, saya rasa kalian semua sudah tahu kalau jari-jari di tangan kanan saya hilang begitu saja tanpa saya tahu penyebabnya,” ujarku seolah memberi orasi.
Mereka mengangguk-angguk. Adapula yang menjepret kameranya untuk mengambil fotoku. Aku melanjutkan.
“Semua terjadi begitu saja. Setelah bangun tidur, saya dapati pertama-tama kelingking saya yang hilang. Dua hari berikutnya jari manis dan baru saja pagi ini jari tengah yang ikut menyusul teman-temannya”
Semua terpesona.
“Tak ada jejak luka sedikitpun yang saya temui. Kalian bisa lihat sendiri, ini!” kuangkat tangan kananku tinggi-tinggi ke arah mereka.
Semua seketika sibuk menjepret-jepretkan kameranya. Beberapa saat ruang tamuku penuh cahaya seperti cahaya kilat.
Puas mengorek informasi dariku, mereka bubar. Ada juga yang menyempatkan foto bersama terlebih dahulu. Semua terlihat senang. Mereka telah mendapatkan bangkai yang mereka cari-cari dan akan segera menyebarkan bau bangkai itu kepada orang banyak. Pada akhirnya, semua orang akan menghirup bau bangkai itu bersama-sama.
Setelah kepergian para wartawan itu, ternyata masih banyak tamu-tamu tak diundang yang datang. Seperti sore tadi, beberapa reporter stasiun televisi beserta awak media lainnya. Mereka semua mencari bau bangkai.! Bahkan lurah turut datang bersama rombongannya, tak kalah menjual muka. Ada yang ingin tahu, ada pula yang mencoba mencari untung. Maka malam ini kuputuskan untuk menutup pintu rapa-rapat. Aku ingin beristirahat.
Baru beberapa saaat mataku terkatup, sebuah suara rebut-ribut menyentak tubuhku. Tak biasanya malam-malam begini di desaku ada suara yang begitu ribut. Maka, kutarik tubuhku dari ranjang mencoba mencari sumber suara. Belum sempat kedua kakiku menapaki lantai, sesuatu berdiri di bawah kolong tempat tidurku. Aku seolah tak percaya dengan apa yang kulihat di sana. Tiga buah jari –kurasa itu jari-jariku yang lenyap- melotot menatapku. Matanya yang tak lebih besar dari beras itu seperti memendam benci.
“Apa mau kalian malam-malam begini? Oh ya, kenapa kalian meninggalkan tangan kananku?”
“Kami meningggalkanmu karena kau tak bisa menjaga kami sebagaimana tugasmu selaku manusia!”
“Apa maksud kalian? Kalian tak sepantasnya bicara seperti itu kepada pemilik kalian!” aku mulai emosi melihat tingkah mereka yang terkesan membangkang.
“Kau harus tahu bahwa kami bukan milikmu! Kami hanya dititipkan sebagai amanah kepadamu. Dan kau gagal menjalankan amanah itu!” tutur jari kelingking.
Aku tak kuasa lagi menahan geram. Aku ambil sapu yang ada di depanku dan memukulkannya ke arah mereka. Tapi, baru saja hendak mengayunkan sapu itu tanganku menjadi kaku. Aku tertahan. Tanganku yang lain seolah ikut berontak.
“Sudahlah, berhenti mempergunakan kami untuk keburukan. Kami sudah bosan dengan tingkah lakumu!” Jari manis tak kalah menimpali.
“Kau masih ingat dengan bocah yang kau tampar lantaran ia hanya meyenggolmu? Bocah itu selalu berdoa kepada Tuhan agar orang yang menamparnya mendapat malapetaka. Kami tak terima dipergunakan seperti itu!” jari tengah sebagai yang paling besar, yang dari tadi hanya diam kini ikut bicara.
“Tapi anak itu telah mengotori celanaku dan…”
“Bukan ia yang mengotorimu, tapi kau yang mengotori kami. Kau juga tak pernah memberi kesempatan pada kami untuk mengulurkan recehan agar bisa melihat senyum para pengemis,” ucap jari tengah lagi memotong kalimatku.
“Betul! Betul!” jawab yang lain serempak.
“Jangan menceramahiku! Kalian hanya sebuah jari. Aku masih bisa hidup tanpa kalian.” Mataku memerah menahan emosi. Akan tetapi jemari itu tak juga diam.
“Kau memang terlalu angkuh! Baiklah, kami hanya ingin menjemput teman-teman kami yang lain. Silahkan kau hidup tanpa kami!” Jemari itu lalu menyerangku. Mereka seperti menggigit sekujur tubuhku. Nafasku sesak, mataku berkunang-kunang. Setelah itu, semua trelihat gelap.
***
Aku tak tahu pasti apakah aku tertidur atau pingsan. Entahlah. Yang jelas, setelah mataku terbuka kembali ada rasa nyeri di sekujur tubuhku. Kudapati beberapa bagian kulitku terluka, dan… hal itu terjadi juga. Seluruh jemariku, termasuk jemari kaki lenyap. Semuanya berhasil pergi.

Padang, Juni 2010

Rabu, Juni 22, 2011

Hal kecil yang "menghancurkan"

Sebuah cerita nyata,.. dimana nama tokoh, dan tempat disamarkan...


Semua kegiatan dia berhenti sejak kejadian itu. Kejadian yang membuat dia merasa sangat kecewa, dan sangat terluka, hati serta perasaannya. Setelah semua perkataannya, perhatiannya hanya terbalas oleh tuba. padahal dia melakukan semua itu demi perhatiannya dan kepeduliannya kepada sahabatnya. sayangnya, si sahabat tak mengerti apa yang dilakukannya, dan hanya berkata dengan kata-kata yang tak sewajarnya terucap untuk seseorang yang sangat dekat kepadanya. Begitulah nasib yang di alami pemuda yang berpenampilan biasa-biasa saja, tak ada yang istimewa dari dirinya, tapi hatinya penuh rasa yang sangat mulia. ENDRA namanya.

Hari-hari Endra terlewati dengan begitu saja, tak ada yang menarik baginya. kesendiriannya membuat dia melewati harinya tanpa kesan apapun. sebenarnya dia punya kakak bernama Fira yang menemani dia di kota yang baru saja dia kenal ini, kota Bandung. Ada juga sahabatnya yang mulai dari kota asalnya menemani dia hingga sampai di kota Bandung ini, namanya Nayla. Hari pertama mereka tiba di Bandung, awalnya semua biasa saja, tak ada yang aneh, dan tak ada yang berubah dari awal perkenalan Endra dengan Nayla. Mereka pun menjalani hari-hari baru mereka di kota Bandung pun secara bersama-sama, makan bareng, pergi kesana kemari pun bareng. Karena sebelum mereka berangkat, mereka pernah bercerita
" entar kita bareng-bareng aja ya Dra, soalnya nayla juga enggak tau daerah disana, kalau kamu kan ada kak Fira disana " kata Nayla dengan senyum dan penuh antusias.
" iya, kamu tenang aja. kan ada aku " jawab Endra sambil membalas senyuman Nayla

Dan sekarang mereka sudah tiba di Bandung, tempat dimana mereka akan mengejar impian dan masa depan mereka, mungkin juga menjadi tempat dimana akan ada yang berubah dengan kebersamaan mereka.

sebagai lelaki, Endra menjalankan tugasnya dengan baik. tak lepas sedikit pun perhatian dan kepeduliannya terhadap sahabatnya, Nayla. Setiap hari Endra mengecek dan menanyai Nayla tentang keadaannya.
"nayla, kamu sudah makan?" tanya Endra dengan penuh kepedulian.
"belum Dra" jawab Nayla santai
"kalu gitu, entar kita makan bareng aja ya, bareng kakak ku juga, oke?" kata Endra dengan semangat.
"oke" balas Nayla santai

Dan seterusnya hari-hari mereka terlewati dengan seperti itu, dengan perhatian, pengertian, dan kepedulian Endra yang maksimal sebagai sahabatnya. Endra pun merasa bangga dan senang karena bisa menjalankan tugasnya sebagai sahabat dengan baik.

Namun, keindahan itu tak selalu berjalan mulus. Bukan hal yang besar yang dapat membuat kita "hancur", tapi hal kecil yang bisa membuat kita "hancur". Karena mengahadapi hal besar, dapat diperkirakan keberadaannya, dan kita dapat menghindarinya, namun kita terlupa dengan hal kecil, kita lalai, dan kesalahan fatal pun terjadi karena kita tak bisa menghindarinya.

Ketika itu, tak sengaja Endra melihat sahabat yang selalu ditemaninya itu menangis. Nayla menangis dan tak bisa menahannya. namun Endra tak langsung mendekatinya, Endra melihat dari luar pagar sebuah Bank dimana Nayla terduduk di pelantaran Bank sambil memegangi hape nya, dan tak lama air mata tumpah ke pipinya. Melihat hal itu Endra pun datang mengahmpiri sahabatnya dan bertanya

"nayla, kamu kenapa nangis?, apa yang terjadi?" tanya Endra penuh kepedulian
"enggak, Dra. gak papa kok" jawab Nayla sambil berusaha menghapuskan air matanya
"cerita dong Nayla, kita kan sahabat, jangan ditutup-tutupin dari aku ya" kata Endra sambil berusaha meyakinkan Nayla

Namun tak disangka, perkataan ini yang di dapat Endra
"udah lah, gak papa lo" kata Nayla dengan nada agak tinggi

suasana Hening,


Endra hanya mampu terdiam dan tak menyangka sahabatnya menjawab seperti itu.
suasana berubah, hanya saling diam satu sama lain. Tak lama Endra pergi masuk kedalam Bank untuk urusan suatu hal.
karena tak tega melihat Nayla duduk sendiri sambil melamun, Endra mendatangi Nayla yang masih saja diam, dan Endra berusaha mengambil alih pembicaraan, dan berusaha menenangkan keadaan.
"Nay, lihat deh, itu kakak kelas kita, keren ya?" kata Endra sambil berusaha mengalihkan pandangan Nayla yang melamun menghadap seorang cowok yang berparas tampan.
"ah, udah lah" jawab Nayla dengan raut wajah kesal dan seperti menyuruh Endra diam.

dan Endra pun terdiam seketika, tak menyangka Nayla yang dikenalnya sebagai cewek yang periang, menjadi pemarah dan kesal kepadanya.

" apa salah ku, Nay?" kata Endra di dalam hati dengan perasaan yang semakin hancur.
dan Endra pun pergi, bersamaan dengan itu Nayla berkata
"aku pergi ke Bank sebelah duluan ya" dengan raut wajah berbeda
"oh,iya" jawab Endra singkat

setelah lama Endra berdiri dan menunggu, akhirnya urusan dia di Bank itu pun selesai.

karena rasa kekhawatirannya yang semakin memuncak, endra pun menyusul Nayla ke Bank yang di sebelah.
Endra masuk, dan kebingungan, karena Endra sama sekali belum pernah ke Bank itu.
setelah mendapat nomer antrian pemberian dari Satpam yang bertugas di Bank, Endra pun mencarai-cari dimana Nayla duduk. Tak lama pencariannya, Endra menemukan Nayla duduk terdiam sendiri dan masih melamun.
"hai, Nay. berapa nomer antrian kamu?" kata Endra dengan wajah riang, padahal sebernernya sakit hatinya tak tertahankan lagi.
"388, kamu?" jawab Nayla singkat
"widih,, jauh ya. aku 467" jawab Endra semangat, berusaha menutupi apa yang dia rasa.

Nayla diam.


"eh, disini banyak tellernya ya?, sampe 10 malah"
"tadi di bank sebelah cuma 3 lo" kata Endra berusaha mengajak bicara.

Nayla tetap diam


"eh, kamu tau gak, teller 10 nya dimana? kok enggak ada tulisannya?" tanya Endra dengan penuh rasa ingin tahu sambil berusaha mengajak Nayla berbicara.

tiba-tiba.

"ah, cari lah sendiri"
"ada kamu jadi ribut kali" Nayla berkata dengan nada yang lebih tinggi

Hening


Endra pun terdiam seribu bahasa, rasanya tak sanggup lagi dia menahan rasa kecewanya. bahkan air mata mau jatuh dari sudut matanya, namun Endra berusaha menahannya.

tak lama diam, tak tau Nayla menyadarinya apa enggak, Nayla berkata
"Dra, kamu sholat deluan aja, kan masi lama" dengan suara yang agak rendah
"eggak, nanti aja" jawab Endra singkat


tak lama nomer antrian Nayla di panggil dan Nayla pun pergi begitu aja, tanpa berkata sedikit pun kepada Endra

karena tak tahan lagi dengan keadaan yang dialaminya, Endra pun pergi diam-diam meninggalkan Nayla yang lagi sibuk dengan urusannya.
Endra kembali ke kosannya yang berada tak jauh dari Bank tersebut.

tak beberapa lama setelah itu, Nayla pun selesai, karena melihat Endra menghilang dari ruang tunggu, Nayla pun berusaha menelepon Endra.

namun, endra tak mengangkatnya.


hatinya terlalu sakit untuk menerima keadaan seperti itu, tak sanggup bagi Endra.
beberapa kali Nayla menelepon Endra, tak kunjung di angkat Endra.
padahal pada waktu yang sama Endra mengetahui ada panggilan masuk ke hape nya. namun tak ingin dia mengangkatnya, karena penuh rasa kecewa.
tak lama Nayla nge-sms Endra.

"dra kamu dimana?"
"sholat ya?"
"atau marah?"
"bilang aja"

Endra pun tak langsung membalasnya, setelah sholat. hati endra yang sebelumnya mengeras seperti batu, akhirnya mencair sperti air yang mengalir.

dengan ketenangan yang telah didapatnya, endra pun membalasnya

"aku sholat"

singkat


Mulai saat itu, kata-kata Endra berubah, sifat Endra pun berubah. tak seperti dulu lagi, kepeduliannya, dan perhatiaanya, seakan lenyap dimakan api kekecewaan.
namun tak sepenuhnya berubah, dia tetap masih mau berbicara dengan sahabatnya Nayla, namun kali ini bahasanya agak ringan, tak seperti dulu lagi.
setiap mereka bertemu, labih banyak waktu terhabiskan untuk berdiam satu sama lain.
hari-hari Endra dan Nayla kali ini dipenuhi dengan kata "diam".


begitulah kisah sahabat yang dulunya sangat harmonis, namun karena kelalaian yang kecil, bahkan sangat kecil menjadi berubah begitu saja. janganlah hal kecil itu di "sepelekan".

Dalam persahabatan dibutuhkan "keterbukaan, dan pengertian"
selalu berbagi, baik itu senang ataupun sedih, karena itu gunanya sahabat.

UNTUK BERBAGI


By : Emir Matslan Lubis

Sabtu, Juni 18, 2011

Dia yang Luar biasa "aneh"

Aku pengen banget punya karya tulis yang bisa aku banggakan di suatu saat nanti.. karya tulis yang bisa dibaca setiap orang, setiap kalangan, di setiap negara, di setiap wilayah, di setiap kota, di setiap kecamatan, di setiap kampung, di setiap desa, di setiap RT, dan di setiap-setiap yang lainnya. (gag lucu banget ya?) maklum deh, baru belajar nulis.. -_-“

*********

Hari ini, aku punya cerita tentang seseorang yang sudah agak lama ku kenal (2 tahun lama gag ya?).

Dalam 3 minggu terakhir, aku selalu berjumpa dengan dia..padahal selama 2 tahun sebelumnya, aku dan dia gag pernah sampe kayak gini. Tapi, aku bersyukur bisa ketemu terus dengan dia. Karena dengan pertemuan yang sesering ini dapat membuka mata ku lebar-lebar sehingga bisa melihat sosok dia yang sebenernya. Bukan aku ngintipin dia, tapi dengan selalu bersama dia, membuat aku tahu tentang dia yang sebenarnya.. ternyata berbeda dengan yang ku kenal dulu..

tau gak sih,, yang aku kenal dulu, dia tuh pendiam , dan tertutup banget.. dengan penampilan dia yang berkerudung panjang dan dengan pakaian serba tertutup saat masih sekolah dulu, membuat pesona dia sangat disegani cowo-cowo di sekolahan. Kalau aku yang liat sih, dia tuh lugu, udik banget, tapi sopan sih. Bahkan prediksi aku, dia tuh gak kenal dengan yang namanya CINTA. Padahal, anak seumuran kita-kita gini kan lagi hangat-hangatnya menebar harumnya pesona cinta disana sini.

Tapi,…

Semua itu ternyata masih “pembukaan” doang boss… setelah hampir 2 tahun aku dan dia sekelas, terbuka deh sifat-sifat luar biasa dia.. bahkan sangat mencengangkan setiap orang. Ternyata dia tuh mengenal cinta loh. Bahkan menurut paparan dia sendiri, dia tuh ngefans dan cinta banget sama anak dari sahabat ibunda dia. Sejak kelas 2 SMP loh!!!!!

Tapi, sayang sungguh disayang, dia cuma menahannya di dalam hati, bahasa kerennya sih Cidaha (cinta dalam hati). Karena saking cintanya dia dengan cowo itu, dia pernah lo ngirimin jaket buat cowo itu, padahal si cowo nan jauh di mato dari dirinya. Dengan pedenya dia ngirimin itu, dan sebelum dia kirimin itu, dia pake dulu tuh jaket. Dengan harapan nempel bau badan dia (kasihan tuh cowo, pasti mencium aroma tidak sedap).

Ada lagi…ada lagi…. Sifat dia yang luar biasa. Karena penampilan dia yang sangat sopan dan muslimah banget, membuat dia sangat disegani temen-temen yang lain. Bahkan karena sangat disegani, dia dijuluki ketua MUI. Luar Biasa!! Setiap orang yang berpapasan dengan dia mengucapkan salam “assalamualaikum” dengan suara lembut dan hormat. ( Ceile… sampe segitunya.. )

But, dibalik sosok dia sebagai orang yang sangat disegani, dia juga punya sifat yang membuat dia lebih-lebih disegani lagi dari sebelumnya loo..

Kalau temen-temen perhatiin dengan lebih saksama lagi, wajah polos dan cupu nya itu, ternyata ada bekas luka di pipinya. Kayak sabetan benda tajam gitu (keren nya sih sabetan samurai, kayak samurai X gitu) . Karena bekas luka itu dia juga dijuluki “preman amplas”. Hayoo!!!!!.. siapa yang berani ?? cewe dengan julukan seperti itu, pastilah cowo-cowo pada lari semua..


Aku mau buka sedikit rahasia tentang dirinya, tapi jangan bilang sama yang lainnya ya? Ocre? Setuju??????

Jadi gini, cewe muslimah yang satu ini juga di julukin jago goyang gergaji lo… bahkan kalau orang-orang yang dekat sama dia, suka megangin tangan dia kalau lagi dengerin lagu dangdut. Takutnya dia joget pula di depan umum.

Itu lah si gadis lugu nan sopan, yang kesehariannya terekam jelas diingatan teman-teman sekolahnya.

********

Hari-hari berlalu…. Kami lulus sekolah dan Alhamdulillah banget, aku dan dia diberi kesempatan untuk masuk di Perguruan Tinggi Negeri yang sama. Jadi bakalan banyak waktu yang bisa kami lewatkan bersama. :)

Ow…ow….ow….

Sangat membuat aku terkejut, membuat aku heran, dan sangat tidak menyangka… kali ini terbuka semua sosok tentang diri dia yang sebenarnya.
Setelah aku amati dengan dua mata ku yang masih agak jelas melihat dia (agak rabun sih),,,tapi, dapat ku simpulkan, dia tuh Kampungan.. tutur bahasa dia terdengar jelas di telinga ku, dengan logat jawa pedalaman yang terdengar sangat mengganggu .

dia berkata “ke dah makan?”
“maksudmu aku?” jawabku heran
“iya lah” jawab dia dengan logat yang sangat aneh
“sudah” jawabku dengan wajah tercengang
“ooo..bagus lah kalo ke dah makan” jawab dia dengan nada pas-pasan disertai logat kampungan yang khas itu.

Dan banyak lagi pembicaraan antara dia dan aku, dengan logat kampungannya yang hanya membuat telinga ku gatal saat mendengarkan ucapan dia.

oia,,tau gag sih.....Sebenarnya, dia tuh ngarep juga bisa kulaih disini. Karena, cowo yang diidam-idamkan dia tuh kuliah disini juga..


Dan tibalah suatu malam…………………………….

Saat itu kami baru aja pulang makan mie ayam, mengisi perut kami yang dari tadi sore bunyi-bunyi terus, kayak suara kaleng rongsokan yang di bawa lari-lari sama anak kecil. (kira-kira tak separah itu)….
Dan selama perjalanan pulang ke kosan, sungguh sangat tidak disangka-sangka dan sangat tak diduga-duga. Kami ketemu dengan cowo yang dia idam-idamkan selama ini. Tapi,, sungguh aneh dia, bahkan menurut aku aneh banget dia,. Dengan gaya pura-pura tidak tahu, dia jalan gitu aja, ninggalin aku dan kakakku. Dengan gaya jalan yang mirip ibunya itu, dia tancap gas aja meninggalkan aku. Kayak liat setan di malam hari gitu. Dia sadar gak sih, itu cowo impian lu neng,,bukan setan..( kalau menurut aku, mirip setan juga sih).

Dan, kesempatan emas di malam itu pun terlewati. Padahal butuh hampir 5 tahun untuk dapetin moment yang pas biar bisa ucapin satu kata aja buat si cowo impian dia itu. Tapi itulah dia,,, si sahabat yang sangat aneh buat ku. Yang lebih anehnya lagi, setelah kejadian di malam itu terlewati, dia malah langsung menyerah untuk gak mengejar-ngejar cowo itu lagi. Dia lelah, putus asa, bahkan dia juga marah sama dirinya sendiri karena melakukan hal yang sangat sia-sia menurutnya..

tak lama kemudian,,,, air mata pun jatuh dari matanya, membasahi pipi lembutnya (sebenernya kasar), dan sesegera mungkin dia menghapuskannya dengan tisu di tangannya. “sungguh berat perasaan dia saat itu

Dua hari berlalu, dengan kesan yang menyedihkan. Di hari itu juga dia memutuskan untuk menghapuskan semua perasaan dia untuk si cowo idamannya itu. Berusaha melawan hatinya untuk tidak mencintai cowo itu lagi, berusaha berkata “tidak inginkan dia lagi”,,
tapi,, menurut ku, sungguh berat hatinya saat itu, mencoba mengubah apa yang telah lama tertanam di hatinya, dan berusaha melupakan semuanya. Dia selalu berusaha bicara lantang, untuk melawan apa yang sebenarnya masih dia rasa. Benar-benar sungguh pahit kalau cinta hanya di dalam hati, jika si pujaan hati tak merasakannya juga.

Itulah sosok dia yang sebenarnya, yang hanya mampu menunggu sebagai wanita yang ingin dimengerti dan dihormati,.. padahal sebenarnya dia punya cinta yang sangat besar di dalam hatinya. Dia hanya mampu bersabar dan bersabar, dan saat ini, dia tak tahan lagi, dan berharap bisa melupakan semuanya.


Dan akhirnya, sampai saat ini dia masih jadi sosok yang sangat luar biasa "aneh" buatku. Dengan berbagai macam sifat dia, dengan beranekaragam tingkah lakunya, dan dengan berjenis-jenis kebiasaannya. Bahkan setahu ku, sifat-sifat dan cara bicara dia, mampu mempengaruhi orang lain. (iya gak sih?).

itu lah dia,.... gadis asal kampung tapi bukan bunga kampung, sedikit gaya nyentrik dan kampungan.., ditambah sosok yang muslimah (rjin sholat dan ngaji) plus-plus sangat arogan,,, sangat aneh bahkan tak kenal kata romantis, tidak perhatian dan sangat tidak pengertian (katanya sih karena takut gak bisa balas budi), dan sangat penyabar hatinya (terkadang tak sabaran).....


Itulah si dia sahabatku….sangat penuh sensasi hidupnya,, banyak hal yang memaksaku harus tau tentang dirinya yang sebenarnya… “NABIYURAHMAH”… ^_~


by : Emir Matslan Lubis

Kamis, Juni 16, 2011

Kunci Kesuksesan

sukses...
semua orang pasti menginginkannya..
tapi, tahukah anda cara memulainya???
hal apa yang paling mendasar yang harus anda lakukan untuk menggapai impian anda??
kalau menurut saya,, anda harus menuliskan hal-hal apa saja yang anda ingin capai..
sebanyak mungkin..
bahkan orang terdekat saya (sebut saja mereka isti dan monic)... mereka sudah menuliskan banyak impian mereka,,bahkan, saat saya mendengarkan cerita mereka..saya anggap itu hal GILA...
banyak hal yang mereka inginkan,,banyak hal yang ingin mereka capai berdua..
bahkan mereka sudah merencanakan itu semua sejak mereka SMP..
*haduh..haduh...semangat ya!

bahkan saya sempat berpikir bahwa mereka benar-benar GILA,,ketika mereka berkata kepada saya "kami mau jualan minuman khas bukittinggi lo...nanti keuntungan dari penjualan, mau kami jadiin modal untuk ke eropa (salah satu impian mereka)..
*anak zaman sekarang memang sudah aneh!!!

bukan itu saja,,,banyak RENCANA mereka untuk mencapai impian mereka itu..bahkan kalau kita mendengarkan apa impian mereka,,kita bakalan gak percaya,,dan bakal bilang mereka benar-benar gila...

tapi,, sejenak saya berfikir,.....
"kenapa mereka bisa berfikir sampai seperti itu?"
"apa yang mereka fikirkan?"

dan setelah berhari-hari mereka bercerita tentang yang mereka inginkan itu kepada saya,,baru saya tahu kunci semuanya....
mereka bisa merencanakan hal itu,,sampai cara-caranya pun telah mereka fikirkan matang-matang,,,itu karena mereka YAKIN akan impian mereka....

dan coba kita bahas sedikit tentang KEYAKINAN.....

mungkin kata itu terdengar sedikit "sepele".. tapi tahukah anda??
jika anda manusia beragama,,pasti anda punya TUHAN yang anda yakini..AGAMA yang anda yakini... dan pernahkah anda berfikir, mengapa anda sampai saat ini masih berpendirian teguh kepada Agama anda???? "itu karena anda yakin dan percaya kepada TUHAN dan AGAMA anda"

coba kita hubungkan sedikit dengan IMPIAN anda.. bagaimana anda bisa mencapai impian anda jika anda tidak yakin kepada impian anda sendiri?? tidak yakin kepada diri anda sendiri???

saya pernah membaca sebuah buku,,dan isinya seperti ini ..
"keyakinan yang kuat akan menggerakkan fikiran untuk mencari jalan keluar dan sarana serta cara melakukannya"

jadi,, dengan keyakinan yang kuat,, anda mampu berfikir secara logis untuk mencari cara untuk mencapai impian anda,, dengan cara itu, anda berusaha dengan tekun dan kerja keras untuk mencapai impian anda,, dengan keyakinan itu anda akan mencari sarana yang mampu membantu anda dalam mencapai impian anda.. dan jangan lupa mengiringi perbuatan dan usaha anda itu dengan DO'A..

buat dua orang terdekat saya di atas,, saya yakin kalian mampu mencapai impian kalian.. karna, tekad serta keyakinan yang kuat yang kalian miliki... akan mempermudah kalian mencapai impian kalian...TETAP SEMANGAT!!!!!

~Emir Matslan Lubis~

Rabu, Juni 15, 2011

Kata-Kata Sahabat

Seperti apa arti sahabat buat anda???
Sejauh apa anda bershabat dengan dia??
masihkah anda ingat pesan atau kata-kata mutiara dari sahabat anda???

Saya punya sebuah cerita tentang sahabat saya.... dan dia baru saja mengatakannya kepada saya...tentang bagaimana dia mengartikan hidup dan perasaannya...

Dia bertanya " percaya gak kamu bahwa hidup itu seperti gema?"
saya jawab "apaan tuh gema?"
lalu dia menjawabnya lagi dengan suara lembutnya "itu loh,, pantulan suara kalau kita teriak di puncak gunung"
saya menjawab dengan penuh kebodohan "ooooo,,, itu toh"
dia : "tau kenapa aku bilang hidup tuh seperti gema??"
saya : "enggak"
dia : " itu karena sebenarnya hidup seperti pantulan dari apa yang kita lakukan,, apa yang kita perbuat itu yang kita dapat"
saya : "oooo,,,iya juga ya"
dia : "ada lagi ni" sambil berbicara seakan ingin didengarkan perkataannya..
"jika ada orang yang berbuat kesalahan kepadaku,, akan ku tuliskan kesalahannya di atas pasir,, atau di pinggir pantai"
saya : "kenapa gtu??" berpura-pura seakan tidak tau
dia : "itu karena, jika di tuliskan di atas pasir, ntar tulisan-tulisan kesalahan dia itu mudah ditiup angin,,atau dihempas ombak"
saya : "oooo,, berarti kamu mudah memaafkannya lah ya?"
dia : "iyya"..."eh,, ada lagi ni"
" kalau ada orang yang berbuat kebaikan kepadaku,, akan ku tulis kebaikannya di atas batu"
saya : "kenapa?" belaga bego lagi..
dia : "tuh karena,, kebaikan dia akan selalu terukir baik di batu,, sama seperti di hatiku..."
saya : "ooooo....ngerti-ngerti" hehehehe

^si DIA yang bercerita dengan saya ini orangnya cerewet,,ngomongnya agak kampungan,,samasekali tidak pengertian dan perhatian,,tidak kenal kata romantis,, dan dia salah seorang yang teraneh yang pernah saya kenal.,tapi itu lah sahabatku (NABIYURAHMAH)....^_^

itulah sedikit kisah hari ini dengan sahabatku..
bagaimana dengan sahabatmu????

(cerita ini ditulis dengan sedikit perubahan kata dan kalimat, agar lebih menarik untuk dibaca)

~Emir Matslan Lubis~